Tampilkan postingan dengan label Sufi Thoriqot. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sufi Thoriqot. Tampilkan semua postingan

Rabu, 20 April 2011

WALI SONGO 2 Generasi

Wali Songo Versi lain?.., Orang jarang menyebutnya, tapi berhubung karena cerita tentang Wali Songo berikut ini berbeda dengan cerita wali songo pada umumnya maka judul nya saya ubah jadi Wali Songo 2 Generasi. Mudah-mudahan riwayat tentang Wali Songo dalam versi lain ini dapat menjadi bahan perbandingan bagi pengunjung..  dapat bermanfaat untuk kita semua.

Sekali lagi kisah Walisongo penuh dengan cerita-cerita yang sarat dengan mistik. Namun dalam buku “Mengislamkan Tanah Jawa” telah di sajikan analisis yang memenuhi syarat keilmuan. Widji Saksono tidak terlarut dalam cerita mistik itu, beliau memberi bahasan yang memadai tentang hal-hal yang tidak masuk akal atau yang bertentangan dengan akidah Islamiyah.

Widji Saksono cukup menonjolkan apa yang dialami oleh Raden Rachmat dengan dua temannya ketika dijamu oleh Prabu Brawidjaja dengan tarian oleh penan putri yang tidak menutup aurat. Melihat itu Raden Rachmat selalu komat-kamit, melafalkan  ta’awudz. Yang dimaksudkan pemuda tampan itu adalah terus istighfar melihat putri-putri cantik menari dengan sebagian auratnya terbuka.

Namun para pengagum Walisongo akan “kecele” ( merasa tertipu, red) kalau saja mereka membaca tulisan Asnan Wahyudi dan Abu Khalid. Kedua penulis ini mendapatkan sebuah naskah yang mengambil informasi dari sumber orisinil yang tersimpan di musium Istana Istanbul, Turki. Menurut sumber tersebut, temyata organisasi Walisongo dibentuk oleh Sultan Muhammad I. Berdasarkan laporan para saudagar Gujarat itu, Sultan Muhammad I lalu ingin mengirim tim yang beranggotakan sembilan orang, yang memiliki kemampuan beragam untuk berbagai bidang, tidak hanya bidang ilmu agama saja.. Untuk itu Sultan Muhammad I mengirim surat kepada pembesar di Afrika Utara dan Timur Tengah, yang isinya minta dikirim beberapa ulama yang mempunyai karomah.

Berdasarkan perintah Sultan Muhammad I itu lalu dibentuk tim peda’wah beranggotakan 9 orang untuk diberangkatkan ke pulau Jawa pada tahun 1404. Tim tersebut diketuai oleh Maulana Malik Ibrahim yang merupakan ahli mengatur negara dari Turki. Berita ini tertulis di dalam kitab Kanzul ‘Hum karya Ibnu Bathuththah, yang kemudiah dilanjutkan oleh Syekh Maulana Maghribi.

Secara lengkap, nama, asal dan keahlian 9 orang tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Turki, ahli mengatur negara.
  2. Maulana Ishaq, berasal dari Samarkand, Rusia Selatan, ahli pengobatan.
  3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro, dari Mesir.
  4. Maulana Muhammad Al Maghrobi, berasal dari Maroko.
  5. Maulana Malik Isro’il, dari Turki, ahli mengatur negara.
  6. Maulana Muhammad Ali Akbar, dari Persia (Iran), ahli pengobatan.
  7. Maulana Hasanudin, dari Palestina.
  8. Maulana Aliyudin, dari Palestina.
  9. Syekh Subakir, dari Iran, Ahli menumbali daerah angker yang dihuni jin jahat (??).

Dengan informasi diatas tersebut maka sejarah Walisongo versi Jawa ternyata perlu pendalaman lagi. Ternyata memang sejarah Walisongo versi non-Jawa, seperti telah disebutkan di muka, tidak pemah diekspos, entah oleh Belanda atau oleh siapa, agar orang Jawa, termasuk yang memeluk agama Islam, selamanya terus dan semakin tersesat dari kenyataan yang sebenamya. Dengan informasi baru itu menjadi jelaslah apa sebenamya Walisongo itu. Walisongo adalah gerakan berdakwah untuk menyebarkan Islam. Oleh karena gerakan ini mendapat perlawanan dengan gerakan yang lain, termasuk gerakan Syekh Siti Jenar.

Dan ternyata Para Wali Songo yang terkenal di tanah Jawa adalah Generasi ke 2 setelah Para wali yang di utus dari timur tengah ini.. sedangkan Wali Songo Generasi ke 2 ada kaitan erat dengan pendahulunya karena kaitan Bapak-Anak, atau Murid dan Mursyid termasuk juga Murid yang jadi menantu para Guru tersebut..
  1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
  2. Sunan Ampel atau Raden Rahmat
  3. Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
  4. Sunan Drajat atau Raden Qasim
  5. Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq
  6. Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
  7. Sunan Kalijaga atau Raden Said
  8. Sunan Muria atau Raden Umar Said
  9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah
Dan pada tulisan lain akan kami hadirkan Wali Songo (10 Generasi) sehingga wawasan kita semakin bertambah..
Semoga tulisan ini turut memberi pencerahan terkait da’wah yang di laksanakan majlis Wali Songo, Karena siapapun Mereka, pada hakekatnya telah menyebarkan ajaran Islam dan dari generasi ke generasi selalu memback-up dengan orang-orang yang Amanah.

Jika diantara mereka ada silsilah garis keturunan dengan Anda, maka beruntunglah Anda,.. artinya Anda punya Alasan untuk meneruskan Da’wah mereka kepada Masyarakat, sesuai dengan kondisi Masyarakat Anda berada.. karena para wali songo dalam menjalankan da’wah selalu berbaur dengan hati masyarakat, untuk kemudian membimbing secara pelan-pelan.. dan tanpa terasa ribuan bahkan jutaan umat muslim telah berdiri dengan kokoh sendi sendi Iman, Islam dan Ihsannya..

Selasa, 29 Maret 2011

Permulaan Thoriqot Dizaman Nabi Muhammad S.A.W.

Dimasa sebelum terjadi peperangan di Desa badar dengan hujjah mempertahankan Aqidah, zona aman, ekonomi dan eksistensi Islam, para sahabat Nabi yang berjumlah 313 orang berbai’at kepada Nabi S.A.W., 
kejadian itu disebut Perjanjian Aqobah karena prosesi sumpah itu berada di Desa Aqobah, 313 sahabat Nabi ini adalah para wali Allah, karena seseorang yang berani bersumpah dan berjuang bersama Nabi S.A.W.. Adalah para hamba Allah yang pasti menepati janji untuk implementasikan Iman, Islam dan Ihsan dengan keadaan yang sebenarnya. Orang fasik dan munafiq tidak akan mencapai derajat ini.

Dan fakta mengatakan bahwa sahabat Nabi 313 orang dalam kecamuk badar ini tetap masih bisa kembali dengan kemenangannya meskipun ada luka disana dan disini karena mereka harus menangguk sebanyak 1000 kafir qurais gabungan yahudi, munafik dan fasik, dalam perjalanan pulang dari badar inilah ada seorang sahabat Nabi bertanya:
“Wahai Rosul, adakah peperangan yang lebih dahsyat dari ini (badar), Nabi menjawab “ yang lebih besar lagi adalah memerangi Hawa Nafsu” (H.R. Bukhory). Bermula dari sinilah pendalaman mengenai ilmu thoriqot menjadi suatu disiplin ilmu yang dasar dasarnya telah terdefinisikan dengan bagian bagian yg spesifik, disertai dengan tatacaranya. 
---------
Pada 900th sebelumnya, Nabi Musa As dengan karunia Allah dapat mencapai derajat Ma’rifatullah dan selalu berkomunikasi dengan Allah, dan diantara keinginan Musa adalah ingin mendapatkan keni’matan dengan melihat Dzat Allah ‘Azza Wajalla, tetapi puncak prestasi itu bukan milik Nabi Musa As meskipun beliau menginginkan itu.

Lalu Allah memberi pemahaman kepada Nabi Musa As, jika gunung di hadapan Nabi Musa As di kenai Nur Allah dan tetap utuh maka Nur Allah dapat bersemayam dalam dirinya, dan jika gunung itu hancur setelah tersentuh Nur Allah maka Nur itu bukan untuk kerasulan Nabi Musa As As. Ternyata gunung itu hancur luluh karena tersentuh Nurnya Allah. Dan Allah menyampaikan kepada Nabi Musa As bahwa Nur Allah itu hanya bisa meresap larut dalam diri Muhammad SAW S.A.W., karena hakekat Muhammad SAW dan Nur Muhammad SAW adalah sama, pada diri Muhammad SAW segala sifat sifat mulia jati diri manusia beraada.
(Nur Muhammad SAW adalah Ciptaan Allah yang pertama kali sebelum Makhluq yang lain dicipta, jadi dalam bahasa kiasan, “Nur Muhammad SAW adalah bagian dari Dzatnya Allah, yang bisa larut dalam Jiwa Muhammad SAW dan Ummat Muhammad SAW S.A.W. yang memenuhi syaratnya).
  
Dan alasan musa menginginkan Nur Muhammad SAW larut dalam jiwanya adalah karena Nabi Musa As As, saat Mukhasafah / Dzikir agar diizinkan menembus batas antara manusia dan tuhan, sering meyaksikan Samudra_cahaya milik Allah, inilah sebabnya musa selalu berharap agar dirinya bisa lebur / larut dalam Samudra Cahaya-NYA Allah SWT.
Dan siapapun Ummat Muhammad SAW S.A.W., yang dalam jiwanya mampu dan kuat ditempati / bersemayam Nur Muhammad SAW, maka segala keni’matan hidup Dunia dan Akhirat telah dapat di temukannya, meskipun ia masih beradadi dunia.
Karena siapapun yang telah merasakan bahagianya berkomunikasi dengan Allah maka berarti, apapun yang ia perlukan akan dicukupi Allah dengan jalan / cara yang telah ditentukan Allah.

Semua uraian diatas telah dapat dirasakan oleh para sahabat Nabi S.A.W., dengan seyakin-yakinnya dan apapun yang diinginkan para sahabat Nabi terkabulkan oleh Allah Azza Wajalla. Tetapi para sahabat telah mengetahui batasan dalam implementasi tingkat Ma’rifatnya, jadi jika mereka ingin dinar dan dirham mereka tetap berusaha layaknya manusia, meskipun dengan tengadah tangan mereka tetap kenyang dan berlimpah. Namun mereka tetap malu kepada Allah jika berpangku tangan. ----------------

Pada setiap masa, Allah mengangkat derajat kewalian ummat Muhammad S.A.W.. Sebanyak 124,000 orang, jika mereka salah satunya wafat maka Allah seketika menggantikan mereka untuk tugas tugas yang sesuai dengan kapabilitas sang Wali.

Dan hingga hadirnya tulisan ini, thoriqot Mu’tabaroh diseluruh dunia ada 81 macam, semua Thoriqot itu berasal dari 2 jalur:
  • Sayyidina Abu Bakar Siddq,
  • Sayyidaina ‘Aly (Menantu Nabi S.A.W., suami dari Sayyidah Fathimah Azzahro`) dari sinilah lahir generasi ke 11 yang disebut AlMahdi, yang mengemban janji perdamaian dunia. Dan saat ini belum hadir dalam masyarakat duia, karena menunggu masa yang telah dijanjikan.
  (Kembali Lagi Kepada Thoriqot …)

Dalam diri manusia ada 46 sifat, 16 sifat yang harus di musnahkan dari setiap diri yang sedang suluk (prosesi menjalani Thoriqot) dan 30 sifat yang lain harus terus dijaga dan dipupuk hingga hati manusia selalu dapat merasakan dirinya hadir dihadapan Allah, atau Allah hadir dalam dirinya, 7kelompok sifat manusia tsb adalah:
1)     Amarah (bagiannya Ada 7 Sifat),
2)     Lawwamah (bagiannya Ada 9 Sifat),
3)     Mulhimah (bagiannya ada 7 Sifat),
4)     Muthmainnah (bagiannya Ada 6 Sifat),
5)     Rodhiyah (bagiannya Ada 6 Sifat),
6)     Mardhiyah (bagiannya Ada 8 Sifat),
7)     Kamilah (Sifat Paling Sempurna, bagiannya Ada 3 Sifat).

Jadi Semua Penghuni Hati Manusia Ada 7+9+7+6+6+8+3 = 46 Sifat. Yang sebenarnya 45 sifat, karena tingkat Rodhiyah dan mardhiyah “menepati janji” sama sama tercantum, maka hitungannya tetap 46, jika ada yg mengatakan 45, bukan masalah.

(Silakan merujuk pada halaman lain terkait definisi Thoriqot selengkapnya..)

Zaman Nabi S.A.W. dan khulafaur rosyidin, para pengamal suluk mendapat bimbingan langsung dari Nabi S.A.W., dan mereka masih bersuluk dalam batas keasliannya, hingga pada generasi setelahnya cara bersuluk selalu dimodifikasi dengan maksud efisiensi waktu dan mengejar kwalitas, diantara geneari setelah itu lahirlah para Sulthonul Aulia (para pemimpin wali) wali adalah kata tunggal, Aulia` adalah bentuk jamak. Diantara sulthonul aulia adalah:
1.  Syaikh abdul Qodir Jailani (Thoriqot Qodiriah),
2.  Syaikh bahauddin Naqsabandiy ( Thoriqot Naqsabandiyah),
3.  Syaikh Assydzily (Thoriqot Syadziliah),
4.  Syaikh Sammani (Thoriqot Samaniah)
5.  Dll, sampai 81 jenis thoriqot.

Semua thoriqot dan para sulthonul aulia, tujuannya sama yaitu memilih jalan yang bisa sampai kepada Allah, dan setiap pemimpin thoriqot pasti mengangkat kholifah untuk ditugaskan pada kawasan tertentu untuk membimbing para pelaku suluk agar hatinya cepat sampai kepada Allah.

Syaikh sammani setelah sempurna suluknya, dan berdasarkan pesan syaikh Bahauddin Naqsabandiy “siapapun pelaku suluk dalam thoriqotku jika sudah sampai pada derajat guru / mursyid, maka ia boleh memodifikasi cara suluknya”  sehingga kronologis suluk bisa dirasakan lebih mudah.

Setelah itu Syaikh Sammani menggabung lebih dari 4 thoriqot yang didapat dari para guru beliau, dengan harapan “berkahnya” merata dari masing masing jalur.

Isyarat Menjalani Thoriqot Untuk Kaum Muslimin Adalah (Surah Aljin Ayat 16, Juz 29):
Dan bahwasanya: jika mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak).

Jalan yang lurus dalam ayat ini memakai kata “at thoriqoti” yaitu thoriqot. Dalam lisan kita adalah Tarekat, dan janji allah sesuai ayat ini adalah akan “diberi air yang banyak” air dalam ayat ini adalah kiasan, dan arti sesungguhnya adalah air dari samudra kaustar di lauhil mahfudz, yang hanya bisa di jangkau jika seseorang telah sampai kepada ma’rifat kepada allah, Sehingga semua penghalang telah sirna.

Dan apapun yang dikomunikasikan manusia dengan Tuhannya cukuplah dengan kata hatinya dalam berdzikir ditempat yang disukai oleh ummat Muhammad SAW. Samudra kautsar yang maha luas adalah tinta untuk menuliskan ilmu dalam semesta, jika ummat Muhammad SAW telah mampu mereguk air kautsar melalui hatinya, maka ilmu yang ada disemesta akan tersingkap baginya..

Dengan Ilmu, Apapun Harapan Manusia Akan Terwujud..

Ikan dan Manusia Pencari Air

Dalam setiap zaman keberadaan ikan dan manusia memiliki suatu kesamaan, si ikan mencari air dan manusia juga mencari air, tetapi keperluan ikan dan manusia terhadap air memiliki intensitas yang berbeda, ikan memerlukan air hanya untuk kehidupan jasadnya saat berada didunia, sedang makna “manusia memerlukan air” memiliki makna dhohir dan memiliki makna kiasan. Untuk lebih jelasnya cerita berikut ini akan menggambarkan kondisi yang berbeda-beda untuk keadaan ikan dan manusia..
Ikan Mencari Air:
Pada suatu ketika seekor piranha yang gagah dan gesit dengan segala kekuatan phisik yang dimiliki, ia sanggup menyelam pada suatu kedalam yang jauh didasar sungai, dan pada keadaan yang lain ia sanggup untuk melawan arus sehingga ia mampu berenang ke hulu perairan darat..
Pada saat yang kedua inilah piranha gagah ini mendengar percakapan yang suara itu berasal dari atas bebatuan, “ untuk bertahan hidup engkau harus selalu menemukan air, karena sebagian besar kehidupan berasal dari air, ingat pesan ini” karena kalimat inilah piranha yang gagah ini merasa dirinya tidak berarti apa apa jika belum bertemu air. Keadaan ini mejadikan ia tak enak makan, tak enak tidur dan bikin ia malas mandi.
Pada hari yang telah ia tentukan, piranha yang gagah ini sudah siap siaga berkelana demi bertemu dengan “sang air” ia menjelajah kearah hulu sungai hingga ke sumber mata airnya dipuncak pegunungan, sampaipun di ujung hulu sungai ia merasa kelelahan karena ia tidak menemukan air.
Dalam keputusasaan inilah ia bertanya kepada saudaranya sebangsa ikan yang ia panggil sebagai “raden gurami”, dalam percakapannya ia mengutarakan maksud pengembaraannya hanyalah pingin ketemu “sang air” agar ia bisa bertahan hidup. raden guramipun tidak memiliki referensi mengenai “ sang air” ini..
Setelah beberapa hari bertukar pendapat  akhirnya kedua tokoh inipun sepakat untuk berkelana bersama hingga menemukan sumber kehidupan itu yang tal lain “sang air”, pada hari yang telah disepakati dua tokoh inipun berpamitan kepada seluruh bangsa ikan yang ada dalam komunitas mereka, pesan keduanya agar mereka saling menjaga dan tidak boleh saling ganggu..
Awal petualangan keduanyapun telah dimulai, dari awal perjalanan di sungai besar yang lamanya berbulan bulan mereka belum menemukan jawaban untuk kehidupannya, dan kini mereka telah memasuki anak anak sungai demi pencariannya, ketika mereka menemuka suatu komunitas, mereka berharap ada bangsa mereka yang bersedia menunjukkan dimana “sang air” itu, setelah memulai dengan segala tata krama, dua tokoh inipun berdiskusi terkait masalah mereka berdua, dan sebagai sesepuh komunitas “Raden Udang” tidak berani menjawab dengan yakin, karena untuk kebenarannya harus dibuktikan secara ilmiah, tatapi “Raden Udang” dengan bijak memberi saran “ sebaiknya Anda Berdua mencari suatu wilayah yang berbentuk seperti segitiga yang berada pada pertemuan dua sungai, daerah itu disebut delta, ketika sampai disitu masuklah melalu sisi hilirnya delta dan Anda berdua akan menemuka rawa-rawa dengan air yang jernih sepanjang tahun, jika telah sampai disana sampaikan salamku kepada “raden dumbo” semoga pengalaman raden dumbo bisa menjadikan Anda berdua tahu dimanakah sang air berada”. Saya hanya mendoakan Anda berdua selamat sampai tujuan dan berhasil..
Pada hari yang ditentukan, keduanya  berpamitan dengan tuan rumah dan berjalan menyusuri sungai kearah hilir, dan sambil menempuh perjalanan ini keduanya menghitung-hitung berapa lama perjalanan mereka dalam pencarian, ternyata mereka mendapati angka 240 hari, dan itu berarti dialam manusia adalah 8 bulan perjalanan, dan tanpa terasa mereka berputar putar pada suatu kawasan secara berulang ulang karena sungai yang mereka lalui tiba-tiba terbelah jadi dua, tapi setelah melewati daratan kecil, sungai yg mereka lalui menyatu lagi, keduanya heran dengan fenomena ini, untuk itu mereka bertanya kepada ikan gabus yang mereka temui, dan dari jawaban sang gabus ini barulah mereka faham bahwa daratan kecil ditengah dua aliran sungai besar  itu disebut delta, sembari berterimakasih keduanya cepat cepat mengayuh siripnya untuk mencari pintu masuk ke rawa rawa yang mereka cari, dipintu gerbang komunitas rawa ini mereka menuliskan pesan kepada penjaga gerbang rawa agar penghulu mereka mengizinkan mereka berdua singgah untuk belajar barang semalam.
Pada pagi berikutnya suasana sangat cerah, mereka berdua diminta penghulu rawa untuk hadir di ruang kediaman “raden dumbo”, setelah perbincangan berlalu mereka berdua mencari jawaban atas masalah mereka, “dimasa itu” sambung raden dumbo, aku hanyalah bangsa lele yang masih kecil, aku terpenjara dalam kolam pada sebuah perkampungan modern milik bangsa manusia, melihat kondisi kawan kawanku pada kolam sebelah rasanya aku ngeri dan kalut karena dari cerita para manusia setelah mereka besar maka mereka akan digoreng dalam minyak panas untuk hidangan mereka, dan dari manusia juga aku mengetahui bahwa “yangkita temapti inilah yang dinamakan air” dan yakinilah bahwa tempat kita berenang adalah sama dengan yang dipakai manusia untuk minum dan keperluan lainnya.
“Sata itu” lanjut sang dumbo, dimalam yang gelap gulita dan hanya diterangi kilat saat mendung begitu menggulung, aku memanjat dinding kolam yang kasar dengan pisauku yang dikiri dan dikanan, setelah aku sampai di daratan aku merasa kesakitan karena jauh dari air hingga akhirnya lompatanku menemukan aku dengan anak sungai, maka aku menghanyut pasrah karena lemas..
Maka dari itu syukurilah bahwa air yang kamu cari adalah alam yang hingga kini kamu pakai berenang dan sumber kehidupan yang dulunya kalian cari,  dan dari semua itu pelajaran yang paling berharga adalah kemauan untuk mencari dan mendapatkan. Jadi kalian berdua telah berhasil menemukan yang namanya air, sampaikan kepada seluruh komunitas yang kamu semua temui bahwa tempat bangsa ikan adalah air.
Manusia Mencari Air:
Dari sejak permulaannya, manusia hidup dari berkah yang dibawa oleh air, secara langsung manusia punya ketergantungan dengan air. Sebagaimana bangsa bangsa jaman dahulu hingga hari ini, berani bertaruh atas sesuatu demi mendapat seteguk air.
Dimasa lalu negeri Iram (sekarang disebut Petra di Yordania) yang memiliki arsitektur paling langka di dunia, kejayaan mereka dihasilkan dengan mempertaruhkan teknologi dan ilmu pengetahuan serta harta, dengan tujuan yang sangat jelas karena negeri Iram adalah jalur sutra dan jalur emas dari Cina – Persia – Syiria dan Mesir, dari sisi geografis melewati kawasan Iram/Petra pasti mereka akan mencari air, disinilah peran manusia, air, teknologi dan bisnis berjalan dengan seimbang dan hasilnya adalah subuah kerajaan yang makmur. Dari semua kalimat yang tersebut diatas, jelaslah makna air untuk kehidupan manusia secara dhohir / phisik.
Dan dibalik semua itu manusia secara bathin juga perlu air untuk menghidupkan segenap hati dan jiwanya. Air itu untuk menyirami 7 sifat dalam diri manusia, dimana 2 dari sifat yang ada dalam diri manusia itu hanya merusak dan merusak belaka, dua sifat itu disebut  “Nafsu Amarah dan Nafsu Lawwamah” amarah masih mempunyai bala tentara yang berjumlah 7 dan lawwamah juga memiliki bala tentara yang berjumlah 9.
Meski berbeda dalam nama dan kelompok, kedua sifat dan bala tentara dari amarah dan lawwamah bertujuan sama yaitu merusak dan menghancurkan. Jika amarah merusak secara phisik, maka lawwamah merusak melalui Psikis, jika 16 sifat itu dapat disirami dengan air dari “Telaga Kautsar” maka 16 sifat buruk itu akan musnah sehingga sifat sifat dalam diri manusia yang lain akan tumbuh dan tambah subur. Agar manusia dapat menikmati jernih dan sejuknya air dari telaga Kautsar, maka diri yang bersangkutan harus selalu berdzikir dengan kalimah “Thoyyibah”. Dan untuk hal itu diperlukan Guru yang bersedia membimbing yang disebut “Mursyid”. 

(Mengenai 5 kelompok lain penghuni hati, akan Anda temukan dalam halaman lainnya..)