Tampilkan postingan dengan label Sufi Thoriqot. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sufi Thoriqot. Tampilkan semua postingan

Senin, 25 Juli 2011

Mengembara Bersama Ayat 177 Surat AlBaqarah

Apa kabar semua..?


Diawali dengan pernyataan maaf, saya bukan bermaksud menggurui sahabat, kawan dan teman semua… tapi judul di atas terinspirasi ketika seseorang bertanya kepada saya terkait ayat 177 surat al baqarah untuk di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan sesungguhnya.. Ketika pertanyaan yang bersifat minta tolong itu dilayangkan ke hp saya, tidak serta merta saya menjawabnya. Karena saya perlu berfikir apakah saya sudah layak member jawaban atau belum… setelah saya menemukan alas an untuk menjawab pertanyaan teman saya tersebut maka kondisi jawabannya seperti dalam paragraph berikut ini..

Makna logis Albaqarah ayat 177 adalah:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.

Karena nash alqur`an begitu adanya maka mari bersama-sama di tela’ah pelan-pelan.:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
hal ini adalah pernyataan Allah bahwa kebaikan itu jangan hanya di lihat lahiriahnya saja,  karena keadaan seperti itu berada dalam taraf formalitas, meskipun formalitas dan rutinitas seorang muslim begitu adanya, keterkaitan dalam hal ini adalah Sholat 5 waktu, sholat sunnah rowatib dan sunnah lainnya.. karena aktualitas sholat itu adalah berkiblat pada masjidil haram di kota mekkah, dan yang berkiblat ke sana adalah seluruh bangsa yang ada di 8 penjuru bumi, jadi kiblat sholat bias menghadap ke utara bagi Negara-negara yang berada di sebelah selatan masjidil haram, ada yang menghadap ke selatan bagi muslimin yang berada di negara sebelah utara kota mekkah dst..
Jadi sholat sebagai tiang dan pondasi islam tetap harus di laksanakan dengan sebaik-baiknya, tetapi jangan berbangga diri dengan amalan sholat dan yang sejenisnya.. logikanya adalah apakah pantas manusia meminta imbalan ketika melaksanakan kewajiba, padahal Allah telah member ni’mat yang tidak bias dibilang, tidak mampu di hitung. Jadi sebagai muslim jangan berharap sesuatu setelah mengerjakan sholat, tapi berdo’alah kepada Allah agar mendapatkan karunia lainnya karena ridho Allah. Ingatlah setiap manusia diberi skill yang berbeda-beda dengan manusia lainnya, disitulah jalan rizki dari Allah akan datang. >>>

Akan Tetapi Sesungguhnya Kebajikan Itu Ialah Beriman Kepada Allah, Hari Kemudian, Malaikat-Malaikat, Kitab-Kitab, Kepada Nabi-Nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
*******
Sebelum paragraph ini berlanjut, kita akan berkenalan dulu dengan pencerahan dari Kitab Tauhid 2, karya DR Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan, dalam kitab tersebut di nyatakan lebih lanjut >>> …

Cabang-cabang iman bermacam-macam, jumlahnya banyak, lebih dari 72 cabang. Dalam hadits lain disebutkan bahwa cabang-cabangnya lebih dari 70 buah.
Dalil cabang-cabang iman adalah hadits Muslim dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu,
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
“Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih; yang paling utama adalah ucapan “la ilaha illallahu” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman.” (HR. Muslim, I/63)

Beliau Shalallaahu alaihi wasalam menjelaskan bahwa cabang yang paling utama adalah tauhid, yang wajib bagi setiap orang, yang mana tidak satu pun cabang iman itu menjadi sah kecuali sesudah sahnya tauhid tersebut. Adapun cabang iman yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang mengganggu kaum muslimin, di antaranya dengan menyingkirkan duri atau batu dari jalan mereka.

Lalu, di antara ke dua cabang tersebut terdapat cabang-cabang lain seperti cinta kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, cinta kepada saudara muslim seperti mencintai diri sendiri, jihad dan sebagainya. Beliau tidak menjelaskan cabang-cabang iman secara keseluruhan, maka para ulama berijtihad menetapkannya.

Al-Hulaimi, pengarang kitab “Al-Minhaj” menghitungnya ada 77 cabang, sedangkan Al-Hafizh Abu Hatim Ibnu Hibban menghitungnya ada 79 cabang iman. Sebagian dari cabang-cabang iman itu ada yang berupa rukun dan ushul, yang dapat menghilangkan iman manakala ia ditinggalkan, seperti mengingkari adanya hari Akhir; dan sebagiannya lagi ada yang bersifat furu’, yang apabila meninggalkannya tidak membuat hilang-nya iman, sekalipun tetap menurunkan kadar iman dan membuat fasik, seperti tidak memuliakan tetangga.

Terkadang pada diri seseorang terdapat cabang-cabang iman dan juga cabang-cabang nifak (kemunafikan). Maka dengan cabang-cabang nifak itu ia berhak mendapatkan siksa, tetapi tidak kekal di Neraka, karena di hatinya masih terdapat cabang-cabang iman. Siapa yang seperti ini kondisinya maka ia tidak bisa disebut sebagai mukmin yang mutlak, yang terkait dengan janji-janji tentang Surga, rahmat di Akhirat dan selamat dari siksa. Sementara orang-orang mukmin yang mutlak juga berbeda-beda dalam tingkatannya.
*******

Jika selama ini para muslimin telah mengetahui 6 rukun iman, itu sudah bagus karena hal itu adalah syarat. Tetapi untuk memperkaya (baca: ) lebih mendalami makna iman, selayaknya seorang muslim juga perlu belajar lagi bahwa cabang-cabang iman itu ada 70 jenis / cabang. Dengan mendalami iman yang sebenarnya, maka imaginasi keimanan seorang muslin akan lebih berkwalitas dari muslim lainnya. Selain itu eksistensi seorang muslim selayaknya “tidak hanya menjalankan yang disukai dan meninggalkan yang tidak disukai” hal itu pastinya terkait dengan amal ibadah yang di ajarkan baginda Rosul seluruhnya. karena kondisi seorang muslim biasanya akan merasa minder dengan amalan yang di anggap berat dan sulit, “maklum sebagai manusia biasa, kebanyakan kita, termasuk saya/penulis, biasanya malu menyatakan dengan lisan, jadi tetap bersikukuh dengan menampilkan wajah kepura-puran kita bahkan kalau perlu bersikap “Innocent”.
Jika di jabarkan lagi butir-butir iman itu meliputi .:
Beriman kepada Allah s.w.t dan tidak berlaku syirik kepadaNya.
Selain Allah s.w.t. semuanya adalah ciptaanNya dan Dialah yang kekal untuk  selama-lamanya.
Beriman kepada Malaikat.
Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah.
Beriman kepada utusan-utusan Allah.
Beriman kepada takdir Allah, sama ada baik dan buruk semuanya dari Allah.
Beriman kepada hari qiamat.
Beriman dengan adanya syurga.
Beriman dengan adanya neraka.
Mencintai Allah dengan sebenar-benarnya.
Mencintai dan membenci seseorang kerana Allah.
Mencintai Baginda Rasulullah s.a.w.
Ikhlas.
Taubat.
Takut kepada Allah.
Mengharapkan rahmat Allah.
Jangan berputus asa untuk mendapat rahmat Allah.
Bersyukur.
Menepati janji.
Bersabar.
Tawadhu’.
Mengasihi dan bersikap lemah lembut.
Ridho dengan apa yang ada.
Tawakkal.
Tidak berlaku sombong.
Menjauhi kemarahan.
Berperasaan malu.
Menjauhi iri hati, dengki dan hasad.
Menjauhi sejenis prasangka, seperti buruk sangka dan tipu daya.
Jangan terlalu mencintai dunia / dunia bukan segalanya,
Mengucap kalimah tayyibah (syahadah)
Membaca al-Quran.
Mempelajari ilmu agama.
Mengajarkan ilmu.
Berdoa dan bermunajat.
Berdzikir kepada Allah dan beristighfar.
Menjauhi kesia-siaan dan perkataan yang melampaui batas.
Kebersihan, pada badan, pakaian dan tempat tinggal.
Melakukan ibadah solat dengan bersungguh-sungguh.
Sedekah dan berzakat.
Puasa.
Melaksanakan ibadah Haji.
I’tikaf di masjid.
Meninggalkan kampung halaman untuk menegakkan agama /berjihad/sejenisnya.
Menunaikan nazar dan kifarah.
Menjaga amanah.
Menutup aurat.
Berkurban di hari Nahar.
Menyempurnakan prosesi jenazah.
Menjelaskan / membayar hutang.
Memperbaiki muamalah dan mencari harta dengan cara yang baik.
Menjadi saksi terhadap perkara yang benar.
Wajib wara' dalam makan minum dan menjauhi perkara yang tidak halal.
Menjauhi perzinaan.
Menunaikan hak anak dan isteri, para hamba sahay jika ada dan lain-lain.
Menunaikan hak kedua ibu-bapa.
Memberi pendidikan agama kepada anak-anak.
Menghormati orang yang lebih tua dan kerabat / tetangga.
Mempereratkan silaturrahim.
Memerintah dengan adil.
Menyertai jamaah dalam lingkungan yg terjangkau olehnya
Mentaati umara’ / hakim (yang hukumnya tidak bertentangan dengan agama Islam).
Memperbaiki kondisi kemanusiaan secara sukarela dan untuk mendapat Ridho Allah semata.
Menyuruh melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Membantu / mengarahkan seseorang ke arah kebajikan.
Memelihara batasan hokum yang di tetapkan Allah.
Membelanjakan harta di tempat yang diridhai Allah, tidak membazir, boros dan tidak foya-foya.
Menyelamatkan penduduk bumi dari kerugian dan penderitaan.
Bersalam-salaman dan mengucapkan 'Yarhamkumullah' bila ada orang bersin.
Menolak dan membuang benda-benda yang berpotensi menyakiti orang yang lalu lalang.

Bila berkaca pada 70 cabang tadi, dan seseorang berharap mampu mengamalkannya, maka InsyaAllah, seseorang tadi hatinya sampai kepada Allah. Seluruh makluq yang di bumi suka kepadanya dan penghuni langit juga rindu kehadirannya.. 

Semoga Bermanfaat

Cermin Diri Jelang Romadhon ( Andai Seluruh hari bagai Romadhon)

Apa kabar semua..?..

Untuk larut dalam semua kebaikan, terlebih dulu saya berdoa untuk kebaikan Anda, kebaikan keluarga Anda, kawan, kerabat Anda dan seterusnya..
Begitu juga adanya diri saya… jika hari ini dan hari kemarin ada kesalahan diri saya ( yang saya ketahui atau yang saya tidak ketahui), mohon diri ini di maafkan. Karena hal itu fakta dan realitas kondisi diri manusia. Saling memaafkan dan saling minta maaf menjadikan hati kita terbebas dari beban fikiran dan terbebas dari beban batin.. begitu juga Anda sebagai teman saya, sudah selayaknya memaafkan teman / sahabat / saudara lainnya..

Baiklah,.. kembali ke >>> “Cermin Diri Jelang Romadhon”..
Menjelang Romadhon, seorang muslim bisa menyiapkan beberapa hal untuk menjalani indahnya hari-hari Romadhon.. keindahan Romadhon dapat di rasakan apabila diri yang bersangkutan sebelumnya telah siap sedia dengan hadirnya Romadhon.

Begitu pula sebaliknya,.. sumpeknya hari-hari Romadhon akan di rasakan oleh tiap jiwa apabila sebelumnya telah punya prasangka buruk dengan hadirnya bulan Romadhon, mereka menjalani ibadah puasan dengan berat hati, keluh kesah, rasa terpaksa, gengsi kalau tidak menjalani, ada keterkaitan sum’ah / reputasi diri dalam menjalankan puasa, atau agar dinilai baik oleh calon mertua, agar mendapat predikat baik di mata sang pacar / atasan / boss,.. dll… dlsb. Dan hal itu ujung-ujungnya adalah “predikat munafiq” dan bahkan “fasiq” .. (Na’udzu Billah Min dzaalik).

Terlepas dari semua itu, untuk menguji apakah Anda / saya siap atau belum siap untuk sambut hadirnya Romadhon cobalah melakukan puasa 3 hari pada bagian akhir bulan sya’ban ( Andai saja Anda sebelumnya telah berpuasa 3 hari pada awal, tengah kemudian akhir bulan sya’ban maka betapa beruntungnya Anda..!). atau bagi Anda yang terbiasa dengan puasa “Dawud” yaitu sehari puasa sehari berbuka, dst..

Atau Jika Anda sebelumnya berpuasa berurutan harinya menjelang habisnya sya’ban dan bersambungan dengan hari pertama Romadhon (hal itu hukumnya boleh), Dengan demikian anda telah merasa seakan akan Anda berada dalam hari-hari Romadhon, dan ketika hari-hari Romadhon sungguh telah tiba, maka Anda benar-benar telah menyambutnya dengan rasa bahagia.

Jika sebagian Anda bertanya logika apa yang bisa menjelaskan bagian indahnya puasa?, maka saya akan berbagi sedikit terkait hal itu. “begini logikanya”.. selama setahun ini Anda telah memenuhi hak jasad / badan setiap hari setiap saat dengan selayak mungkin, tapi di dalam diri Anda yang namanya “ Ruh” / Roh / Jiwa Anda selama itu selalu kelaparan karena jasad Anda yang kenyang.

Nah..! pada moment-moment dimana Anda selalu beribadah, berdzikir dan berkholwat, maka saat-saat itulah ada kebahagiaan yang di rasakan oleh ruh. Jika keadaan itu terbiasakan, maka jiwa Anda akan merasa bahagia, lapang hati, punya sifat terbuka, bisa memaafkan orang lain, berempati / tepo seliro dalam bhs. Jawa, merasa puas saat bisa memberi dan termasuk diantaranya adalah ada rasa peka yang Anda rasakan terkait lingkungan sekitar Anda. Baik terkait alam nyata maupun alam tidak nyata ( yang dalam diri manusia ada 30 resam / kondisi).

Selain Itu usahakan dalam tiap ada kesempatan mandi sekalian di niatkan untuk mandi hadas besar meskipun Anda tidak dalam kondisi junub / hadas besar, setelah hal itu terlaksana, tambahlah sekalian dengan niat mandi taubat.. “kanapa begitu? Apa manfaatnya?” rajin berniat mandi untuk hadats besar menjadikan diri kita merasa peka dengan sesuatu yang berkaitan dengan dengan dosa, dosa besar maupun dosa kecil. Sedang menambahkan niat mandi taubat bermanfaat untuk mengingatkan diri kita bahwa setiap diri perlu melakukan taubat kepada Allah Swt.

“Baiklah.. Agar Paragraph Ini Makin Jernih, Mari Di Kupas Bersama-Sama…”.
Berhubung Paragraph di atas menyatakan bahwa:
menambahkan niat mandi junub saat mandi rutin menjadikan diri kita merasa peka dengan sesuatu yang berkaitan dengan dengan dosa, dosa besar maupun dosa kecil. Maka logika yang paling dekat adalah karena semua dosa besar berasal dari dosa kecil. Dan seluruh dosa besar dapat di ampuni karena Diri yang bersangkutan mengamalkan perkara-perkara yang baik meskipun realitasnya kecil (bertasbih, beristighfar, bertahmid dll), dan hal itu dapat Anda amalkan secara kontinyu, maka hal seperti itulah yang menjadikan Allah ridho.

Dan sebaliknya adalah dosa-dosa kecil yang oleh pelakunya di anggap remeh / sepele, maka Allah semakin murka karena seseorang tersebut menganggap remeh suatu perkara. Tetapi dengan berkah dan kebaikan seseorang yang tekun meniatkan mandi junub kemudian di sambung dengan mandi taubat, maka selain mendapat kepekaan dalam mengenali dosa dan menjauhinya, maka diri yang bersangkutan juga di anugerahkan kondisi antara lain menjadi orang yang terbuka, pemaaf, mudah berempati, cenderung menampakkan rasa belas kasih, termasuk juga menjadi diri yang berhati-hati dan waspada.

Selain Itu, untuk menjalani ibadah puasa juga memerlukan keteguhan diri. Hal ini bisa di artikan dalam banyak hal. Misalnya: seseorang yang badanya gede bukan jaminan bahwa ia akan mampu menjalani hari-hari puasa dengan rasa bahagia. Dan bahkan bisa jadi seseorang yang badannya sedang-sedang saja, nggak gemuk, nggak sport, tapi ia memiliki keteguhan diri, ia optimis akan mampu menemukan kebahagian dan keindahan yang tersembunyi dalam rasa lapar itu.

Karena jika ia mampu memahami, maka ia akan berkata pada jasadnya ketika jasad itu lapar, maka ruh dalam dirinya akan merasa kenyang / puas. Dan berbagai macam persamaan seperti itu akan di fahami oleh diri yang teguh, optimis dan selalu mendekat dengan Sang Penciptanya.

Selain Itu, seseorang yang menjalani ibadah puasa juga selalu berlatih dengan 28 perilaku dari 30 amalan / prilaku bagus yang selalu di rindukan oleh kehendak hatinya.. hal itu meliputi amalan / prilaku dalam kelompok .:
Mulhimah,
Pada fase ini sifat-sifat baik pada diri manusia telah mulai nampak, bagian dari sifat ini adalah:
  • Senang sedekah,
  • Merasa cukup,
  • Halim / punya rasa kasih-sayang,
  • Memiliki Sopan santun / bisa bertata krama,
  • Bertaubat kepada Allah,
  • Sabar,
  • Bertanggung-jawab



Muthmainnah, bagian dari sifat ini adalah:
  • Dermawan,
  • Rajin ibadah, termasuk juga bekerja / amalan bagus lainnya,
  • Tawakkal,
  • Pandai bersyukur kepada Allah,
  • Ridho,
  • Takut kepada Allah (fase prosesi taqwa),


Rodhiyah, bagian dari sifat ini adalah:
  • Punya sifat mulia,
  • Zuhud (tidak tergoda dengan gemerlap dunia) tapi masih selalu ikhtiyar dengan cara bekerja keras, giat dan tekun,
  • Ikhlash,
  • Wira’i (berhati-hati dan waspada dengan perkara yang samar),
  • Riyadhoh / berusaha untuk kontinyu dan langgeng dalam ibadah / dzikir kepada Allah,
  • Menepati janji baik.


Mardhiyah, bagian dari sifat ini adalah:
  • Husnul khuluq / berprilaku dengan akhlaq mulia,
  • Taroka maa siwaAllah (meninggalkan perkara yang menyebabkan murkanya Allah),
  • Cenderung timbul belas asih / Luthfi,
  • Berbudi pekerti luhur,
  • Menepati janji baik (sifat yg sama pada tingkat Rodhiyah),
  • Memberi pengampunan / maaf kepada orang lain,
  • Senang dengan hadirnya orang lain (berhati condong / Open mind),
  • Menyelamatkan orang yang teraniaya.


Kamilah (Sifat Paling Sempurna), bagian dari sifat ini adalah:
  • Yakin, kondisi antara pemikiran dan perasaan jasad sebanding. Misal: api itu memiliki sifat panas dan fakta sederhana lainnya mudah utnuk di fahami logika akal sehatnya.
  • Ilmal yakin, memiliki kekuatan diri karena fase yakin telah berakar kuat. Misal 2+2=4 atau 4:2=2  atau logika ilmu lainnya yang lebih rumit dari itu misalnya CaCo3=Calsium Carbonat atau CaCl=Calsium Clorida atau persamaan lainnya semisal 1024Kb=1Mb, 1Terrabyte=1000Gb dst.. dst.. >>> Bila seseorang muslim dalam romadhon dan di luar romadhon terbiasa dengan amalan-amalan baik tersebut, kemudian tidak riya` / tidak pamer, juga tidak sum’ah dengan ibadahnya / tidak bermotive mencari reputasi diri, dan tidak membanggakan diri pada semesta dan Robbul Jalil, maka kelak Allah Swt akan menganugerahkan derajat untuk seseorang tersebut dengan derajat sebagai berikiut ini .:
  • ‘Ainal Yakin, seseorang muslim yang sampai pada derajat ini, ia akan dianugerahi Allah dengan kekuatan dan keyakinan hati, sehingga ia akan menyaksikan alam nyata dan alam ghaib tidak ada bedanya..
  • Haqqul Yakin / Pencapaian paling sempurna, dengan derajat ini seseorang hamba Allah akan selalu berada dalam dzikir dan ketepatan hatinya kepada Allah, seseorang dengan kondisi ini akan selalu berkomunikasi dengan Allah.. ibaratnya ia sudah tidak memerlukan lagi catatan-catatan buku dan sesuatu yang berkaitan dengan perpustakaan dunia, karena Khazanah ilmu pengetahuan dari Allah telah terbuka baginya.. ia bersikap, bertindak, berkata atau berbuat berdasarkan bimbingan dari Allah atau dalam istilah Qur`an adalah derajat Laduni / Ilmu Laduni.
(Terkait sifat buruk manusia, Anda dapat menemukan Artikelnya “Sifat Buruk Diri Manusia Bagian 1  Dan Bagian 2.)

Bagaimana dengan Anda..? saya..? dan Kita semua?.. mari kuatkan tekad, dengan memohon keteguhan diri kepada Allah Agar Romadhon tahun ini dan tahun-tahun  berikutnya diri kita bisa larut / terpatri dalam Nur Ilahi, sehingga tiap detik dalam hidup ini dan setiap alur tarikan nafas, kita semua merasakan adanya ni’mat dari Allah Swt.. Mari bersama-sama sambut saat-saat pintu langit terbuka dan semua keinginan yang baik dari diri kita pada malam “Lailatul Qodar” itu dikabulkan Allah Swt.. (Aamiin).

Semoga bermanfaat…

Minggu, 24 Juli 2011

Sifat Buruk Diri Manusia (Bag. 2)

(Bagian Dari Ilmu Thoriqot)

Dengan mengenal sifat sifat buruk pada diri manusia yaitu diri kita sendiri, maka selayaknya manusia akan semakin tambah pengetahuan terhadap potensi dibalik sifat buruk itu. Tapi sisi baik dan sisi buruk manusia juga akan tergantung bagaimana cara manusia mensikapi keadaan yang sedang terjadi pada dirinya sendiri. Tapi akan lebih baik kalau diri manusia “apalagi seorang muslim” bisa belajar minimal dari ilmunya padi “yang makin berisi makin runduk”, bukannya kopong / kempes malah banggakan diri..

Bila Anda seorang muslim, maka pembelajaran terkait “Sifat buruk diri manusia” adalah bagian dari ilmu suluk yaitu tahapan-tahapan dalam menjalani Thoriqoh kepada Allah, kenapa demikian? Karena Sifat buruk diri manusia ada 16 sifat, jika semua itu telah dapat di kendalikan, maka 30 sifat mulia akan semakin subur, dan fase-fase inilah yang menjadikan diri manusia semakin dekat, sangat dekat, bahkan diri manusia yang bersangkutan akan larut dalam Cahaya milik Allah Swt.

Sedalam itukah efeknya? “TENTU!”.. dan jika segenap diri Anda benar-benar merasa perlu untuk larut dalam cahaya Ilahi, maka mari bersama sama membahas ini satu demi satu.. dan kita memulai dari …:

Sifat Lawwamah
Inilah sifat buruk diri manusia, tapi kondisinya berbeda selangkah dari sifat Amarah, karena sifat ini tersimpan dalam fikiran manusia. Selama sifat ini masih berada dalam alam fikiran manusia maka seseorang manusia biasa bisa dikelabui, kecuali seseorang hamba Allah swt yang telah mencapai derajat “Kamilah” yaitu sifat pada diri manusia yang paling sempurna. Dengan pencapaian sifat kamilah ini maka seseorang itu di izinkan Allah untuk membaca alam fikiran orang lain.. so..! mari kita lanjutkan menelaah alam fikiran kita yang di golongkan dalam sifat buruk yang bergelar “Lawwamah”.:
(1)      Gampang Caci-maki orang lain, inilah adegan yang menjadikan kebaikan yang dimiliki si pelaku musnah – hilang – sirna, cacimaki juga bagian dari sifat buruk karena dilakukan oleh lisan atau lidah manusia. Ketika alam fikiran dikendalikan oleh sifat amarah, maka sifat lawwamah juga akan terdorong untuk melakukan tindakan cacimaki, ketika syaraf sensor memerintah syaraf morotik, maka anggota tubuh yang lain di exploitasi dan dikendalikan untuk keburukan. Bayangkan bagaimana jika yang di cacimaki ternyata orang yang di karuniai kekuatan hati dan fisik, bisa jadi orang yang mencaci justru di jadikan perkedel untuk di lempar sana lempar sini.. jadilah caci maki kepada lain itu ternyata bumerang bagi si palaku cacimaki..
(2)      Mengikuti keinginan buruk, begitu mahir setan ketika mengendalikan diri manusia, saat panca indra tidak bisa jadi jembatan untuk kendalikan manusia, maka bangsa iblis dan setan merasuki manusia lewat aliran darahnya, ketika darah telah memasuki wilayah hati, msks tinggallah ia berbisik pada jiwa yang menjadi penghuni hati itu, sehingga kini panca indra mendapat tekanan dari hati agar melakukan sesuatu yang bermuara pada keburukan. Misal: ketika seseorang pria melihat seorang wanita melintas, maka akan ada 2 hal dalam fikirannya.. kemungkinan pertama ia akan mencuri perhatiannya, dan kemungkinan kedua ia akan menyaksikan keindahan wanita yang melintas di depannya.. kondisi ini akan menjadi pertimbangan dalam fikirannya. Alam fikiran yang bercermin pada kebaikan akan memilih diam dan bersyukur. Sedang alam sebelah hatinya merongrong untuk berbuat sesuatu, misalnya bilang “hai mana temannya?”.. jika si wanita juga merespon dengan kata kata “ nggak kok Cuma sendiri” lhahh ini ada celah.. mulailah bangsa iblis dan setan semakin bersemangat memberi applaus.. dan si lajang semakin berbunga bunga.. si wanita juga menyambut…
(3)      Membuat daya upaya / conspiracy, ini sih juga sama dengan “mengikuti keinginan buruk”, Cuma bagian ini lebih rapi, terstruktur dan di manage dengan baik, sehingga daya rusaknya lebih dahsyat. Bukan sekedar seorang dua orang, bisa jadi sekelompok manusia dalam sebuah komunitas akan hancur karenanya.. banyak contoh yang menjadikan ingatan kita akan terlahir lagi untuk memahami kasus ini, misalnya.: kasus pembersihan etnis pada negara negar bekas uni soviet / kawasan balkan / asia utara, dari hal hal seperti itu milyaran setan dan iblis selalu menepuk hati manusia ketika mereka telah bersepakat dengan temannya untuk merencanakan suatu tujuan.. ada yang punya niat buruk, satunya mendukung, satunya membiayai, lainnya mencari sasaran, para jendralnya membidik tujuan untuk berkuasa.. dll..
(4)      Heran dengan amal ibadah sendiri, ini juga mirip atau sama dengan “sum’ah” yaitu ketika kita telah beramal baik, dalam keadaan sadar kita bangga karena bisa melakukan amalan yang orang lain belum tentu bisa melakukan hal itu.. “saya / penulis juga merasa sering seperti itu” meskipun orang lain tidak tahu, maka kondisi ini lambat laun akan membunuh karakter ibadah kita dari bermuara ikhlash pada muara banggakan diri. Contoh ini adalah pengakuan sahabat saya : saat asyik mengepel lantai masjid dan lingkungan sekitar, pada sore itu Ustadz yang biasa ceramah berhalangan dan memohon sahabat saya menggantikannya ceramah untuk ibu-ibu, merasa ada bakat untuk jadi penceramah, dalam hati ia bilang “ wah meski sekarang tukang kebun masjid, ternyata aku juga mahir ceramah” siapa dulu? Aku koq..! kalau si penulis lain lagi, karena kebetulan suara bagusan dikit, kalau di minta tolong untuk adzan, wah banggaaaa banget..! padahal kalau telah sadar kaya begitu maka ada bisikan pada sisi hati untuk istighfar.. meskipun merasa malu pada kebaikan kata hati.. biasanya pura-pura innocent!.
(5)      Mengatakan kejelekan orang lain, Rasan-rasan / gosip, keadaan seperti ini tiap hari kita jumpai dalam banyak tayangan, baik tayangan dalam lingkup keluarga, tetangga, kampus, tempat kerja, media cetak, media Tv dll. Rasan rasan dalam bahasa jawa atau gosip dalam bahasa media adalah amalan yang dilarang oleh Qur’an dan Baginda Nabi Saw. Karena ngomongin kekurangan / kejelekan orang lain sama artinya memakan daging saudaranya sendiri.. pertanyaannya? “Jijik enggak yaa?” jika enggak jijik berarti masih dalam budaya kanibal. Jika berterus terang dan meminjam bahasa yang tulus maka bisa di katakan  “tidak beradab”.
(6)      Pamer / riya’, penyakit ini bahaya bagi pelakunya, karena Riya` atau pamer tentang amal kebaikan sama artinya menyulut kayu dengan bara api. Logikanya begini, bisa saja Anda malu untuk berlaku sombong, tetapi setan dan bolo-bolonya mengajak hati manusia dengan yang kecil kecil dulu, misal: sepulang sholat jamaah Anda bertemu dengan teman yang baru pulang dari kerja.. saat ditanya “ baru dari mana gan?” lho akukan baru sholat jamaah!, gimana tho.. masak enggak..” jawaban  dan informasi type begini sudah masuk dalam kategori “Riya`”. Jika ingin selamat pakailah retorika yang merendah sedikit “oh ini, masih latihan sholat.. nggak apa apa kan?”.. karena expresi mimik wajah yang berbeda dalam menjawab menunjukkan tingkat ketulusan hatinya. Riya` itu awalnya kecil tapi jika terbiasa akan jadi prilaku buruk. Seperti seseorang yang menyalakan kayu bakar, nggak akan langsung ambil kayu yang gede, maka kayu yang kecil-kecil dulu untuk memancing api agar suhu meningkat, berikutnya kayu yang gede di dekatkan, setelah tersulut maka kayu besar dan kecil sama-sama menyala hingga jadi abu-arang. Amalan manusia juga begitu. Jadi hindarilah riya` agar pahala dari amalan kita tetap selamat. Jangan sia-siakan amal kita.
(7)      Dholim / menganiaya, prilaku buruk versi ini bisa hidup dua alam, alam kata-kata atau alam perbuatan. Dholim dengan kata kata sangat menyakitkan hati seseorang atau masyarakat lain atau bangsa lain. Begitu juga dholim dengan tangan kaki dan kepala juga menyakiti manusia yang lain. Banyak dokumentasi yang bisa Anda dapatkan untuk membuktikan kedholiman / kelaliman seseorang atau bangsa lain terhadap suatu bangsa, coba Anda bayangkan.. “jika seorang kepala negara yang dholim dengan mulut beracun, dan kata-kata itu melukai hati kepala negara lainnya, maka sudah jelas terjadi peperangan. Dan perang bisa bermakna banyak”. Contoh perang militer, perang senjata, perang ekonomi, yang juga menyakitkan bangsa lain adalah embargo / boikot dalam segi ekonomi, diplomatik dll. Inilah prilaku buruk manusia yang segera di kikis agar hilang musnah dari tiap diri, agar manusia dan semesta jadi aman nyaman.
(8)      Bohong, perilaku ini pada diri manusia bisa tampak terang-terangan atau tersembunyi halus rapi. Tapi untuk mengupas kebohongan yang jelas perlu waktu dan bukti. Kebiasaan berbohong menjadikan cahaya di hati suram. Seperti layaknya cermin, kalau Anda taburi dengan debu, maka si cermin tidak mampu menampakkan bayangan / pantulan suatu benda. Begitulah jika bohong jadi kebiasaan. Jika yang bohonh seorang ayah pada seorang anak, maka yang rugi Cuma keluarga itu, tapi jika yang berbohong seorang kepala negara, maka seluruh rakyat dan negara lainnya akan merasa dirugikan. Sejarah telah mencatat kebohongan yang di tutupi presiden AS terkait seorang wanita muda, dari segi ekonomi saja kebohongan itu telah menyurutkan nilai mata uang, karena pelaku ekonomi juga berpengaruh dengan pelaku politik.. begitu juga kebohongan raja raja mesir, Raja Persia, Raja di negara eropa lainnya.
(9)      Melupa-lupa diri / pura-pura gak tahu, sebenarnya sifat ini mirip dengan masa bodoh. Cuma implementasinya beda selangkah. Kalau pura pura gak tahu ini biasanya metode untuk mengelabui seseorang atau sekelompok orang agar alam fikiran mereka tidak mengenali tujuan yang semula lagi. Contoh fenomenal begini.: seseorang siswa ketika lewat di jalan sempit di samping pasar di tabrak oleh pengendara motor hingga sepedanya patah-rangka, setelah ia bisa berdiri si pengendara melarikan diri.. dan kebetulan kerabat dari si pemilik motor itu ada di tempat kejadian yaitu samping pasar.. ketika si korban bertanya “siapa pemilik motor tadi, apakah kamu kenal?” dengan gaya innocent yang ditanya bilang aku nggak kenal.. “korban tabrak lari itu adalah saya / si penulis” dan yang saya tanya adalah teman sekelas waktu SMP, dan dalam keyakinan, motor itu dulunya sering ia pakai.. berarti motor itu dan pengendara adalah saudara / kerabat teman tadi.. berhubung karena pura-pura nggak tahu itulah, saya menyatakan tidak layak berteman dengan seseorang dengan type seperti itu.

Seluruh paragraph tadi merupakan gambaran nyata bahaya dari Lawwamah dan bala tentaranya.. semoga hal ini bermanfaat..

Masih akan berlanjut..

Selasa, 19 Juli 2011

Sifat Buruk Diri Manusia (Bag.1)

(Bagian Dari Ilmu Thoriqot)

Dengan mengenal sifat sifat buruk pada diri manusia yaitu diri kita sendiri, maka selayaknya manusia akan semakin tambah pengetahuan terhadap potensi dibalik sifat buruk itu. Tapi sisi baik dan sisi buruk manusia juga akan tergantung bagaimana cara manusia mensikapi keadaan yang sedang terjadi pada dirinya sendiri. Tapi akan lebih baik kalau diri manusia “apalagi seorang muslim” bisa belajar minimal dari ilmunya padi “yang makin berisi makin runduk”, bukannya kopong / kempes malah banggakan diri..

Bila Anda seorang muslim, maka pembelajaran terkait “Sifat buruk diri manusia” adalah bagian dari ilmu suluk yaitu tahapan-tahapan dalam menjalani Thoriqoh kepada Allah, kenapa demikian? Karena Sifat buruk diri manusia ada 16 sifat, jika semua itu telah dapat di kendalikan, maka 30 sifat mulia akan semakin subur, dan fase-fase inilah yang menjadikan diri manusia semakin dekat, sangat dekat, bahkan diri manusia yang bersangkutan akan larut dalam Cahaya milik Allah Swt.

Sedalam itukah efeknya? “tentu!”.. dan jika segenap diri Anda benar-benar merasa perlu untuk larut dalam cahaya Ilahi, maka mari bersama sama membahas ini satu demi satu.. dan kita memulai dari …:
Sifat Amarah
Sifat ini adalah sifat paling rendah / sifat paling hina dalam diri manusia, sifat ini bersaudara dengan keburukan yang di beri label “Sifat Lawwamah” bisa saja saya dan Anda mengatakan beda rupa sama rasa. Amarah adalah sifat dalam diri manusia dan ketika ia menampakkan dirinya, maka ia akan mudah dikenali dengan aktifitas sebagai berikut :
(1)      Pelit, penyakit ini mudah sekali di kenali dalam diri manusia, “termasuk dalam diri saya “maksudnya penulis”, karena bohong besar bila saya bukan orang pelit. Tapi tulus mengakui diri kita pelit, menjadikan diri kita lebih terbuka dengan adanya kebenaran. Dan hal itu masuk akal, dengan begitu, maka diri kita akan berfikir untuk mulai mengikis sifat pelit ini dalam berbagai cara..
(2)      Serakah harta-Tahta-Wanita, ini juga sifat yang sangat mudah di kenali dalam diri kita (manusia). Bagi seorang pria, harta – Tahta – wanita merupakan object yang selalu hadir dalam fikiran mereka, begitu juga seorang Wanita, Cuma metode penerapannya yang berbeda. Ada yang sangat mencolok dan ada yang samar-samar. Dan kedua hal itu tujuannya sama..
(3)      Berhati buruk, untuk mengetahui adanya sifat ini sebenarnya dapat di katakan mudah, sangat mudah atau susah dan bahkan sangat susah. Tapi dari beberapa kalimat dalam paragraph ini, Anda akan terbiasa mengenali tabiat / perilaku seseorang yang sesungguhnya berhati buruk. Diantaranya adalah pesan Nabi Saw, bahwa hati seseorang akan bisa dikenali dari Gelagat / tingkah laku / sikap / sifatnya, kata kata dari lisan / mulutnya dan raut wajahnya.. meski paragraph ini agak panjang, itu bukan masalah untuk membeber penjelasannya, karena tujuan kita disini adalah untuk berbagi pengetahuan. Ingatlah dalam keseharian Anda, di pasar, di terminal, di parkiran, di mall dll.., Anda akan pernah menemukan seseorang dengan raut muka yang kaku, atau seseorang dengan gelagat mencurigakan, atau seseorang dengan cara bertutur kata yang tidak lazim.. dari sekian tanda-tanda itu Anda akan dengan mudah memprediksi seseorang itu dalam kesehariannya, apakah terbiasa dengan amalan baik atau buruk.. dalam pribahasa “ buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Jadi kurang lebih bahasa hati seseorang dengan sifatnya tidak begitu jauh..  
(4)      Masa_bodoh, ini adalah sifat dengan persamaan dengan “tidak punya rasa peduli”, gaaawatt! Bila semut dan merpati saja masih mau tolong menolong, tapi kalau manusia memiliki sifat kayak begini, tentunya telah lebih buruk dari hewan. Tapi dalam keseharian kita memang ada kejadian – kejadian yang menegaskan bahwa pada diri orang tertentu sifat masa bodoh itu merajai dirinya..
(5)      Sombong, biasanya ini juga lekat dengan keberadaan diri kita “maksudnya penulis” karena bohong besar jika saya tidak memiliki sifat sombong, Cuma implementasi tiap-tiap diri dalam pola menampakkan rasa sombong berbeda beda. Misalnya: ada seseorang yang karena Ganteng, pinter, kaya berpangkat terus ia sombong, itu wajar. Tapi apa jadinya jika seperti penulis ini, tidak ganteng, tidak pinter, belum kaya, belum berpangkat sombong lagi!! Gak ada yang di banggakan buka?. Tapi ada kondisi dimana bersikap sombong menjadi berpahala, misal: seseorang sengaja berlaku sombong dengan orang lain dengan maksud menundukkan kecongkaannya / sok kayanya / sok pinternya dll. Sehingga yang bersangkutan jadi minder dan mulai berkaca diri..
(6)      Menuruti syahwat, bagi sebagian orang yang sedang dimabuk sahwat, semua pandangannya terhadap faham keduniaan begitu mempesona, “inilah diantara contoh kasus tsb.” Seseorang yang ingin mendapatkan seorang idamannya akan menjadikan banyak cara agar keinginan jasadnya terpuaskan. Kongkritnya begini.. seorang pria yang lagi naksir berat seorang dara, akan mencari cara agar si dara itu bisa berada dalam genggamannya, ia akan memulai dengan cara yang lazim sampai yang tidak lazim, dari cara kasar sampai cara halus bahkan kalau perlu cara Ghaibpun akan ditempuh.. itu semua karena merasa syahwat / keinginan / nafsunya belum ia kendalikan. Dan sifat ini dimiliki tiap diri manusia. Kuncinya mampu mengendalikan atau belum.
(7)      Mudah marah, ini juga! Sifat ini bagi diri penulis sangat terasa dalam kehidupan sehari hari.. Cuma yang membedakan marahnya diri kita menjadikan orang lain makin buruk apa maikn baik. Kalau marahnya karena Allah dan Rasulnya, maka orang yang marah ini berharap akan ada perubahan kepada orang yang dimarahi segera mengikis kebiasaan buruknya sehingga segera jadi baik. Dan jika marahnya karena Nafsunya sendiri, berarti bukan kategori karena Allah dan Rosulnya..

Jadi dengan memahami 7 sifat Amarah tadi, ada harapan bahwa seseorang beramal atau tidak beramal karena ingin menuju kepada Ridhonya Allah, seseorang akan dapat melihat batas antara dosa dan pahala karena telah memahami ilmunya. Selain itu seseorang akan berdosa atau dapat pahala ketika mengetahui suatu amalan layak di lakukan atau bahkan harus di tinggalkan.

Dan resensi yang telah disajikan Alqur’an adalah:
wamaa ubarri`un nafsa, innan nafsa la ammaarotum bissuu`i illaa maa rohima robbii “Yang Artinya” dan aku tidak mampu membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh tuhanku.

Jadi ringkasnya Amarah selalu bermuara kepada kejahatan dengan berbagai varian, yaitu 7 sifat tersebut, kecuali Amarah kepada seseorang atau orang lain, yang karena dimarahi / dilarang maka orang itu akan jadi lebih baik…

Berlanjut … pada bag. 2





Senin, 25 April 2011

Generasi Wali Songo ( 10 Ver.)

Generasi Wali Songo 10 Angkatan? Mungkin orang jarang menemukan rujukannya, dengan berkunjung disini Anda akan menemukan rujukan yang dimakasud..

Menurut buku Haul Sunan Ampel Ke-555 yang ditulis oleh KH. Mohammad Dahlan, lebih lanjut menyatakan “Majelis Dakwah Yang Secara Umum Dinamakan Walisongo, Sebenarnya Terdiri Dari Beberapa Angkatan”. Para Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersamaan, namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, baik dalam ikatan darah atau karena pernikahan, maupun dalam hubungan guru-murid. Bila ada seorang anggota majelis yang wafat, maka posisinya digantikan oleh tokoh lainnya:

Angkatan ke-1 (1404 – 1435 M), terdiri dari
  1. Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419),
  2. Maulana Ishaq,
  3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro,
  4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
  5. Maulana Malik Isra’il (wafat 1435),
  6. Maulana Muhammad Ali Akbar (wafat 1435),
  7. Maulana Hasanuddin,
  8. Maulana ‘Aliyuddin, dan
  9. Syekh Subakir atau juga disebut Syaikh Muhammad Al-Baqir.
Angkatan ke-2 (1435 – 1463 M), terdiri dari
  1. Sunan Ampel yang tahun 1419 menggantikan Maulana Malik Ibrahim,
  2. Maulana Ishaq (wafat 1463),
  3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro,
  4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
  5. Sunan Kudus yang tahun 1435 menggantikan Maulana Malik Isra’il,
  6. Sunan Gunung Jati yang tahun 1435 menggantikan Maulana Muhammad Ali Akbar,
  7. Maulana Hasanuddin (wafat 1462),
  8. Maulana ‘Aliyuddin (wafat 1462), dan
  9. Syekh Subakir (wafat 1463).
Angkatan ke-3 (1463 – 1466 M), terdiri dari
  1. Sunan Ampel,
  2. Sunan Giri yang tahun 1463 menggantikan Maulana Ishaq,
  3. Maulana Ahmad Jumadil Kubro (wafat 1465),
  4. Maulana Muhammad Al-Maghrabi (wafat 1465),
  5. Sunan Kudus,
  6. Sunan Gunung Jati,
  7. Sunan Bonang yang tahun 1462 menggantikan Maulana Hasanuddin,
  8. Sunan Derajat yang tahun 1462 menggantikan Maulana ‘Aliyyuddin, dan
  9. Sunan Kalijaga yang tahun 1463 menggantikan Syaikh Subakir.
 Angkatan ke-4 (1466 – 1513 M, terdiri dari
  1. Sunan Ampel (wafat 1481),
  2. Sunan Giri (wafat 1505), 
  3. Raden Fattah yang pada tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil Kubra,
  4. Fathullah Khan (Falatehan) yang pada tahun 1465 mengganti Maulana Muhammad Al-Maghrabi,
  5. Sunan Kudus,
  6. Sunan Gunung Jati,
  7. Sunan Bonang,
  8. Sunan Derajat, dan
  9. Sunan Kalijaga (wafat 1513).
Angkatan ke-5 (1513 – 1533 M), terdiri dari 
  1. Syekh Siti Jenar yang tahun 1481 menggantikan Sunan Ampel (wafat 1517),
  2. Raden Faqih Sunan Ampel II yang ahun 1505 menggantikan kakak iparnya Sunan Giri,
  3. Raden Fattah (wafat 1518),
  4. Fathullah Khan (Falatehan),
  5. Sunan Kudus (wafat 1550),
  6. Sunan Gunung Jati,
  7. Sunan Bonang (wafat 1525),
  8. Sunan Derajat (wafat 1533), dan
  9. Sunan Muria yang tahun 1513 menggantikan ayahnya Sunan Kalijaga.
Angkatan ke-6 (1533 – 1546 M), terdiri dari
  1. Syekh Abdul Qahhar (Sunan Sedayu) yang ahun 1517 menggantikan ayahnya Syekh Siti Jenar,
  2. Raden Zainal Abidin Sunan Demak yang tahun 1540 menggantikan kakaknya Raden Faqih Sunan Ampel II, 
  3. Sultan Trenggana yang tahun 1518 menggantikan ayahnya yaitu Raden Fattah,
  4. Fathullah Khan (wafat 1573),
  5. Sayyid Amir Hasan yang tahun 1550 menggantikan ayahnya Sunan Kudus,
  6. Sunan Gunung Jati (wafat 1569),
  7. Raden Husamuddin Sunan Lamongan yang tahun 1525 menggantikan kakaknya Sunan Bonang,
  8. Sunan Pakuan yang tahun 1533 menggantikan ayahnya Sunan Derajat, dan
  9. Sunan Muria (wafat 1551).


Angkatan ke-7 (1546- 1591 M), terdiri dari
  1. Syaikh Abdul Qahhar (wafat 1599),
  2. Sunan Prapen yang tahun 1570 menggantikan Raden Zainal Abidin Sunan Demak, 
  3. Sunan Prawoto yang tahun 1546 menggantikan ayahnya Sultan Trenggana, 
  4. Maulana Yusuf cucu Sunan Gunung Jati yang pada tahun 1573 menggantikan pamannya Fathullah Khan,
  5. Sayyid Amir Hasan, 
  6. Maulana Hasanuddin yang pada tahun 1569 menggantikan ayahnya Sunan Gunung Jati,
  7. Sunan Mojoagung yang tahun 1570 menggantikan Sunan Lamongan,
  8. Sunan Cendana yang tahun 1570 menggantikan kakeknya Sunan Pakuan, dan
  9. Sayyid Shaleh (Panembahan Pekaos) anak Sayyid Amir Hasan yang tahun 1551 menggantikan kakek dari pihak ibunya yaitu Sunan Muria.


Angkatan ke-8 (1592- 1650 M), terdiri dari
  1. Syaikh Abdul Qadir (Sunan Magelang) yang menggantikan Sunan Sedayu (wafat 1599),
  2. Baba Daud Ar-Rumi Al-Jawi yang tahun 1650 menggantikan gurunya Sunan Prapen, 
  3. Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) yang tahun 1549 menggantikan Sultan Prawoto,
  4. Maulana Yusuf,
  5. Sayyid Amir Hasan,
  6. Maulana Hasanuddin,
  7. Syekh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani yang tahun 1650 menggantikan Sunan Mojoagung,
  8. Syekh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri yang tahun 1650 menggantikan Sunan Cendana, dan 
  9. Sayyid Shaleh (Panembahan Pekaos).



Wali Songo Angkatan ke 9, 1650 – 1750M, terdiri dari:
  1. Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan (tahun 1750 menggantikan Sunan Magelang)
  2. Syaikh Shihabuddin Al-Jawi (tahun 1749 menggantikan Baba Daud Ar-Rumi)
  3. Sayyid Yusuf Anggawi (Raden Pratanu Madura), Sumenep Madura (Menggantikan mertuanya, yaitu Sultan Hadiwijaya / Joko Tingkir)
  4. Syaikh Haji Abdur Rauf Al-Bantani, (tahun 1750 Menggantikan Maulana Yusuf, asal Cirebon )
  5. Syaikh Nawawi Al-Bantani. (1740 menggantikan Gurunya, yaitu Sayyid Amir Hasan bin Sunan Kudus)
  6. Sultan Abulmufahir Muhammad Abdul Kadir ( tahun 1750 menggantikan buyutnya yaitu Maulana Hasanuddin)
  7. Sultan Abulmu'ali Ahmad (Tahun 1750 menggantikan Syaikh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani)
  8. Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri
  9. Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan (tahun 1750 menggantikan ayahnya, Sayyid Shalih Panembahan Pekaos)

Wali Songo Angkatan ke-10, 1751 – 1897 terdiri dari:
  1. Pangeran Diponegoro ( menggantikan gurunya, yaitu: Syaikh Abdul Muhyi Pamijahan)
  2. Sentot Ali Basyah Prawirodirjo, (menggantikan Syaikh Shihabuddin Al-Jawi)
  3. Kyai Mojo, (Menggantikan Sayyid Yusuf Anggawi (Raden Pratanu Madura)
  4. Kyai Kasan Besari, (Menggantikan Syaikh Haji Abdur Rauf Al-Bantani)
  5. Syaikh Nawawi Al-Bantani. …
  6. Sultan Ageng Tirtayasa Abdul Fattah, (menggantikan kakeknya, yaitu Sultan Abulmufahir Muhammad Abdul Kadir)
  7. Pangeran Sadeli, (Menggantikan kakeknya yaitu: Sultan Abulmu'ali Ahmad)
  8. Sayyid Abdul Wahid Azmatkhan, Sumenep, Madura (Menggantikan Syaikh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri)
  9. Sayyid Abdur Rahman (Bhujuk Lek-palek), Bangkalan, Madura, (Menggantikan kakeknya, yaitu: Sayyid Ahmad Baidhawi Azmatkhan)

Tahun 1830 – 1900 (Majelis Dakwah Wali Songo dibekukan oleh Kolonial Belanda, dan banyak para ulama’ dari didikan atau keturunan Wali Songo yang dipenjara dan dibunuh).

Semoga tulisan ini turut memberi pencerahan terkait da’wah yang di laksanakan majlis Wali Songo, Karena siapapun Mereka, pada hakekatnya telah menyebarkan ajaran Islam dan dari generasi ke generasi selalu memback-up dengan orang-orang yang Amanah.

Jika diantara mereka ada silsilah garis keturunan dengan Anda, maka beruntunglah Anda,.. artinya Anda punya Alasan untuk meneruskan Da’wah mereka kepada Masyarakat, sesuai dengan kondisi Masyarakat Anda berada.. karena para wali songo dalam menjalankan da’wah selalu berbaur dengan hati masyarakat, untuk kemudian membimbing secara pelan-pelan.. dan tanpa terasa ribuan bahkan jutaan umat muslim telah berdiri dengan kokoh sendi sendi Iman, Islam dan Ihsannya.