Senin, 15 Agustus 2011

Manusia Segala Zaman (Bag.1)

(From the desk afif asyhari)

Header diatas tepatnya sebuah judul yang berbunyi “manusia adalah anak segala zaman”  atau dalam perspektive yang telah di isyaratkan Baginda Muhammad Saw “ Al insaanu Ibna kulla zamaanin “ perspektive ini bila dikaji lebih dalam akan merujuk pada ayat Alqur`an, maka “jika seluruh lautan menjadi tinta dan ranting dibumi jadi pena, maka tidak akan habis ilmu yang telah disiapkan oleh Allah Swt”.
Dan istilah itu hingga saat ini selalu berupa fenomena yang tidak pernah berhenti, yaitu untuk jiwa yang menyadari atau bagi jiwa yang lupa dalam hakekat yang sebenarnya.

Terus,.. tentunya Anda akan bertanya-tanya, apa menariknya pembahasan seperti ini?.. konsep apa yang akan di usung untuk menambah khazanah ilmu para pembaca?..
Baiklah.. jika sebelumnya sudah ada prediksi seperti itu, maka konsepnya di sederhanakan saja..
  • Setiap manusia lahir pada suatu zaman,
  • Setiap manusia memiliki ciri khas peradaban suatu zaman,
  • Keagungan dan kemerosotan setiap zaman selalu unik,
  • Kemiripan suatu zaman selalu terulang meskipun skala dan intensitasnya berbeda,
  • Setiap zaman akan melahirkan tokoh utama dan musuh utama,
  • Keemasan suatu zaman pasti akan tenggelam, dan tergantikan dengan zaman lainnya,

Dan untuk itu paragraph berikut ini akan kita mulai dari tokoh abadi dalam peradaban manusia, :
Adam As,
kenapa Bapak Adam?.. karena sudah jelas, cikal bakal manusia bumi yang cerdas bermula dari kehidupan bapak adam dalam suatu lingkungan yang disebut syurga yaitu suatu tempat yang memiliki dimensi yang jauh berbeda bila di banding dengan alam dunia, tempat yang bersih, indah, serba ada, penuh kesenangan dan rasa syukur. Dimensinya berbeda jauh dari bumi, karena bumi dalam perspektif panca indra bisa sangat terasa adanya kesenangan dan kesengsaraan, susah-senang, permusuhan-perdamaian, kelahiran-kematian, tipudaya-ketulusan, dll. Jadi karena jebakan Azaazil (juru dakwah suatu bangsa Iblis yang karena sifat durhaka di sebut iblis) maka Bapak adam lupa akan sebuah perjanjian dengan Allah yaitu melanggar larangan memakan buah keabadian (Khuldi).

Kondisi ini menurut perspektiv pemikiran manusia adalah jebakan busuk atau konspirasi, sedang menurut perspektive bangsa iblis adalah jalan / cara untuk mengalahkan / melumpuhkan kehebatan bangsa manusia. Ketika kondisi itu telah benar benar terjadi pada bapak adam As, maka kini babak baru sebuah kehidupan harus di jalani “yaitu” prosesi migrasi dari dimensi syurga kedalam dimensi baru di permukaan bumi, yang sudah jelas sangat berbeda, bumi memiliki separuh sifat sifat kenerakaan dan sifat kesyurgaan. Dan bumi adalah dimensi yang bisa merangkum dua keadaan ini sekaligus. Dan itu menunjukkan keberkahan bagi bumi dan manusia yang menghuninya.. (gambaran berkah itu bisa dicontohkan: jika seseorang mampu menjauhi perbuatan yang menyebabkan dirinya bebas dari sifat kenerakaan siksa dunia akhirat, maka ia tertcatat memiliki pahala di sisi Tuhannya, dan berlaku sebaliknya..)

Dan bukti dari keunggulan dan kecerdasan yang telah di wariskan Dynasti bangsa manusia adalah kemauan manusia untuk bertahan hidup dengan membekali diri mereka dengan ilmu pengetahuan yang selalu terimplementasikan dalam aktivitas hidup mereka secara nyata. Sebagai contoh: ketika manusia ingin memiliki istana, maka teknis pembuatan, kronologi kerja dan komponen bahan bakunya selalu berbeda beda dari generasi Bapak Adam As, hingga peradaban kita saat ini, jika dulu bahan pokonya tanah, batu dan kayu, maka saat ini pengetahuan manusia telah mampu meracik teknologi bangunan berbahan baku campuran dari senyawa tertentu dengan komposisi yang telah di sederhanakan dan prosentasi yang akurat. Sebagai contoh rangka atap yang asalnya kayu yang berat, kini bisa memakai bahan baja ringan dengan kekuatan terstruktur, atap yang asalnya tanah liat bisa di rombak dengan penerapan komposisi semen dan di senyawakan dengan kawat baja yang menerapkan kronologis pengecoran tipe fusi dingin sederhana hingga menjadi sepadat dan sekeras batu.. dan ternyata kemauan dan kemampuan generasi Anak Adam As, selalu multimatch yaitu selalu merasa belum cukup dengan satu keahlian saja, karena mereka selalu mempelajari sesuatu yang baru yang bisa diterapkan..

Paragraph diatas, barulah permulaan dari sekelumit gambar tingkat kecerdasan generasi Anak Adam As, dan tentunya Anda tidak lupa bukan? Bahwa dalam menjalani hidup ini Bapak Adam telah mewariskan 50 cabang ilmu (dan akan terus bertambah) sebagai bekal menjalani hidup di dunia dan bekal hidup di syurga tempat Bapak Adam pertamakali menjalani hidup, ilmu itu meliputi :
1.        Ilmu tumbuhan,
2.        Hewan darat,
3.        Hewan laut,
4.        Hewan dan tumbuhan mikro,
5.        Fisik manusia,
6.        Psikis / Psikologi,
7.        Ketuhanan,
8.        Filsafat,
9.        Sufisme,
10.     Matematika,
11.     Fisika,
12.     Alchemy,
13.     Sain terapan,
14.     Sains fiksi,
15.     Sains mithologi,
16.     Mistisme / Keghaiban,
17.     Sumber daya,
18.     Sumber tenaga,
19.     Komunikasi,
20.     Tata niaga,
21.     Pemasaran,
22.     Produksi,
23.     Transportasi,
24.     Pengolahan,
25.     Sejarah,
26.     Pendidikan,
27.     Statistik,
28.     Jurnalistik,
29.     Hukum,
30.     Budaya,
31.     Sosiologi,
32.     Antropologhi,
33.     Bahasa dan interpreter,
34.     Morfologhi,
35.     Fonetik,
36.     Fonemik,
37.     Astronomi,
38.     Astrologi,
39.     Geologi,
40.     Gemographi,
41.     Gemologi,
42.     Pertambangan,
43.     Graphis,
44.     Kedokteran,
45.     Konfeksi,
46.     Tatanegara,
47.     Ilmu hukum,
48.     Militer,
49.     Politik,
50.     Pertahanan,
51.     Tatakelola / manjemen,
52.     Tata lingkungan
53.     Tata krama,
54.     Perencanaan,
55.     Seni musik,
56.     Seni tari / sejenisnya,
57.     Dokumentasi,
58.     Dll.

Dan jika manusia mampu menguasai ilmu itu dengan tujuan baik dan mensinergikan kebaikan ilmu diatas, maka ia akan mencapai kebahagiaan (yaitu bahagia untuk dirinya dan orang di sekitarnya), dan jika manusia menjadikan ilmu itu sebagai alat untuk berbuat kehancuran dan angkara murka, maka karma* buruk akan menimpa.

*cat.:
Karma disini adalah pemahaman tentang kemulyaan dari Allah, jika amalan manusia baik, maka karma yang baik akan larut dalam diri dan kehidupan manusia, dan bila amalan manusia buruk maka reward itu akan berubah manjadi kutukan bagi pelakunya yaitu bangsa manusia dan sekutunya. Jadi karma adalah bahasa yang saat ini diartikan secara umum. Padahal dalam bahasa pokok ‘arabi berarti “kemulyaan”.

Dan bila kajian ini di lanjutkan, maka bekal pada diri kita (manusia) selayaknya berada pada posisi,:
  • Open mind (jiwa yang terbuka) jangan ada prasangka,
  • Dihayati agar kita semua terbiasa menangkap sinyal ilmu Ilahi melalui hati kita,
  • Yakini bahwa setiap saat sinyal itu datang dari Allah dan tugas hati kita adalah menangkap dan memahami isyarat / sinyal dalam hati kita,
  • Belajar menjadi diri kita sendiri,
  • Tidak pura pura / tidak bergaya seperti orang jenius dst, tapi apa adanya..
  • Hilangkan gengsi, ego, dan semua sifat keakuan,
  • Bersahaja,
  • Tekun,
  • Kontunyu,
  • Optimis,
  • Rajin bersyukur,
  • Rendah hati (bukan bersikap rendah budi).
*********
Dengan hal itu, hati kita akan semakin cepat menangkap isyarat yang bisa diterjemahkan oleh hati menjadi ilmu yang semakin tumbuh dan bertambah..
ingat! “Kecerdasan sesungguhnya adalah jika hati kita jernih dan terbuka..” bukan kecepatan otak merekam suatu moment, karena otak hanyalah jembatan untuk menterjemahkan bahasa hati, ia bisa bohong, tulus atau jujur. Dan kata hati adalah rahasia yang harus di lihat dengan kacamata batin yang bernama “rasa”.

Pertanyaanya sekarang, mampukah saya, Anda dan semuanya?.. mari bersinergy untuk menjawab tanda tanya dalam diri kita yang merupakan Bukti keabadian Dynasti Adam As, yaitu Kholifah / Ras yang layak memakmurkan bumi.

(berlanjut …)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar